BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring
dengan perkembangan zaman maka kemajuan teknologi juga berkembang dengan pesat
sehingga persaingan didalam dunia industri sendiri menuntut agar adannya
peningkatan ketersediaan peralatan guna mendukung proses produksi suatu
perusahaan. Dalam hal ini perusahaan membuat alat kemas
kalengseperti mesin
seamer yang dapat digunakan untuk
penyimpanan bahan
pangan hasil produksi.
Mesin
seamer ini sudah banyak digunakan dalam industri – industri seperti industri
makanan
maupun industri rumahan, banyak sekali
keunggulan yang didapat dari proses pengalengan ini
diantaranya kemasan yang hermetis dapat menjaga produk dari kontaminasi oleh
mikroba atau lainnya yang dapat menyebabkan pembusukan atau merubah cita
rasanya.
1.2 Sejarah
Berdirinya Perusahaan
CV. Sinar Selatan
merupakan perusahaan yang berdiri pada tahun 1949. Bapak Hasan Salim merupakan
pendiri dari CV. Sinar Selatan tersebut. Beliau yang pertama membeli tempat
berdirinya CV. Sinar Selatan di Jalan Holis No 363B, Bandung. Pada awal
berdirinya perusahaan tersebut melayani pembuatan dan pengerjaan komponen –
komponen.
Selanjutnya
perusahaan tersebut diturunkan kepada anaknya yang bernama Bapak Sujaya Salim
yang merupakan anak ke – 2 di keluarganya. Beliau melanjutkan perusahaan
tersebut sampai saat ini dan berkembang untuk proses – proses pembuatan dan
pengerjaan komponen yang melayani berbagai macam pabrik, seperti pengolahan
makanan, tekstil, dan juga melayani menduplikat komponen yang dibawa oleh
konsumen.
CV. Sinar Selatan
saat ini memiliki karyawan sebanyak 9 orang dan kebanyakan dari mereka adalah
saudara dari Bapak Sujaya Salim. Dan kebanyakan dari mereka tidak memiliki
latar belakang pendidikan di bidang pemesinan tetapi mereka memulainya dengan
belajar secara otodidak sampai memiliki keahlian di bidangnya masing – masing.
Kelengkapan mesin
di perusahaan tersebut antara lain : mesin seamer sebanyak 1
buah, mesin bubut sebanyak empat buah,
mesin freis sebanyak tiga buah, mesin bor radial sebanyak satu buah, mesin bor
freis sebanyak dua buah, mesin stamping atau power press sebanyak 3 buah, las
listriksebanyak satu buah, las CO sebanyak satu buah, dan las titik sebanyak
satu buah.
Pengerjaan yang
biasa di lakukan di CV. Sinar Selatan antara lain membuat produk
kaleng, sheet metal dan
cetakan, komponen roda gigi, as roda ggi, rol kain, pelurusan dan pemotongan
kawat dan lain – lain. Sistem pelayanan di perusahaan tersebut merupakan sistem
Job Order yang artinya konsumen memesan terlebih dahulu kemudian perusahaan
membuatnya dan perusahaan tidak menyimpan stock komponen guna mengurangi
kerugian.
1.3 Alur Pemesanan ( Flow Order )
Flow
Order yang dijalankan di CV. Sinar Selatan antara lain sebagai
berikut :
1. Diskusi
antara perusahaan dan pemesan tentang spesifikasi komponen yang akan dibuat ;
2. Selanjutnya
dibuat gambar teknik dari komponen tersebut ;
3. Kemudian
diberikan ke bagian workshop ;
4. Lalu
diproses oleh karyawan ;
5. Pemeriksaan
komponen ( Quality Control ) apakah
sudah sesuai dengan spesifikasi yang pemesan inginkan ;
6. Pengiriman
komponen ke pemesan ataupun pemesan sendiri yang mengambil komponennya ke CV.
Sinar Selatan.
1.4 Tujuan
Kerja Praktek
Tujuan dari pelaksanaan dan pembuatan laporan Kerja
Praktek ini adalah :
1. Memenuhi
syarat kelulusan mata kuliah Kerja Praktek;
2. Mengetahui
bagaimana teknik – teknik dalam melakukan proses pemesinan;
3. Mengetahui
proses – proses yang dilakukan dalam proses pengalengan.
1.5 Rumusan
Masalah
Adapun masalah berdasarkan latar belakang diatas dalam perumusan masalah
ini dapat kita uraikan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Proses Pengalengan?
2. Apa fungsi dari Proses
Pengalengan?
3. Bagaimana Cara pembuatan ProsesPengalengan?
1.6 Batasan
Masalah
Adapun batasan masalah dari laporan Kerja Praktek ini adalah :
1. Pengertian dari Proses Pengalengan
2. Fungsi dari Proses Pengalengan
3. Pembuatan Proses Pengalengan
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Profil Perusahaan CV.Sinar Selatan
CV.
Sinar Selatan merupakan Bengkel Teknik yang dibuka pada tahun 1989 perusahaan
ini dibeli oleh pribumi dan sebelum bengkel ini bernama CV.Sinar Selatan yaitu bernama
Jendral Mekanik yeng pertama kali dibeli oleh Hasan Salim dan lokasi awal mula
bengkel ini dijalan M.Toha bengkel ini mengerjakan berbagai jenis pembuatan dan
pengerjaan manufaktur yang dipesan oleh costumer.
CV.
Sinar Selatan sekarang dipimpin oleh putra kedua dari Hasan Salim dan sampai
saat ini bengkel ini masih mengerjakai berbagai proses manufaktur hanya saja
sekarang lebih berkembang karna di bengkel ini menerima berbagai pesanan
pembuatan mesin seperti mesin pengolah makanan, mesin subtitusi impor,
konveyor, dais, dan lain-lain.
CV.
Sinar Selatan ini sendiri memiliki 9 orang karyawan dimana setiap karyawan
memiliki keaahlian masing-masing sehingga mempercepat pada saat proses
pengerjaan, cv.sinar selatan ini memiliki beberapa mesin diantarannya :
1.
Mesin seamer 1 buah
2.
Dies 3 buah
3.
Bor radial 1 buah
4.
Frais 2 buah
5.
Mesin stamping 3 buah
6.
Mesin welding 2 buah
7.
Mesin bubut 4 buah
dimana
bengkel ini mengerjakan beberapa proses manufactur diantarannya proses : machinery, metal working, lathe
specialist, roll, gear, mattress. CV Sinar Selatan beralamatkan di jalan Holis No. 363 B,
Bandung Bengkel Teknik ini menerima permintaan untuk proses pembuatan dan
perbaikan pada komponen – komponen mesin industry.
CV.
Sinar Selatan menerima pekerjaan dengan system pre order atau memesan terlebih
dahulu. Di perusahaan ini tidak membuat atau memproduksi secara berkala (restock) dan proses pengerjaan dimana
CV. Sinar Selatan tidak menyediakan material, tetapi pemesan yang menentukan
apakah material yang dibutuhkan dari pemesan atau CV. Sinar Selatan yang akan
membelinnya sesuai dengan permintaan pemesan.
Perusahaan
CV. Sinar Selatan memiliki beberapa mesin yang dioperasikan secara manual
seperti : mesin bubut, mesin milling, mesin press (stamping press), perangkat
pengelasan, alat-alat kerja bangku dan lain-lain. Perusahan CV. Sinar Selatan
memiliki mesin CNC bubut yang digunakan untuk membuat suatu part yang memiliki
ketelitian presisi.
BAB III
MESIN SEAMER
3.1 Mesin
Seamer
Gambar 3.1 Mesin
Seamer
Mesin
Seamer adalah mesin yang berfungsi untuk proses pembuatan
kaleng dengan cara menutup dan merapihkan penutup kaleng dengan menggunakan rol
penutup dan rol merapihkan.
Dalam kondisi tertentu, mesin seamer banyak dipakai karena
mempunyai nilai ekonomis dan meningkatkan nilai harga jual dalam sebuah produk.
Keterbatasan mesin seamer adalah .
Mesin
seamermempunyai berbagai jenis yang disesuaikan dengan
karakteristik jenis lipatan, diantaranya single
seamer dan double seamer.
1.
Bagian Utama Alat dan Fungsi
Gambar 3.2 Alat/ mesin pengalengan
Bagian utama pada alat mesin ;
a.
Transmisi :
menyalurkan energy
b.
Roll 1 :
untuk melipat & mengkaitkan tutup kaleng
c.
Roll 2 :
untuk merapikan
d.
Tuas/handle :
mengendalikan roll 1 dan roll 2
e.
Pegas :
untuk membantu daam menaikturunkan tuas
f.
Pijakan :
untuk menurunkan tempat kaleng
g.
Tombol on/off: menyalakan dan mematikan alat
h.
Stop kontak :
menghubungkan dengan sumber listrik
i.
Frame :
menopang bagian-bagian utama
3.2 Prinsip
Kerja
Prinsip
dari mesin pengalengan adalah menutup dan merapikan penutup kaleng dengan
menggunakan rol penutup dan rol merapikan.
3.2.1
Mekanisme Kerja
·
Siapkan mesin seamer
·
Kaleng yang sudah diletakan pada tempat
pegangan kaleng
·
Saklar on ditekan sehingga motor berjalan dan
kaleng berputar
·
Tekan tuas untuk mengendalikan roll 1 dan
roll 2
·
Tekan roll 1 untuk menutup kaleng dan roll 2
untuk merapihkan kaleng
·
Saklar off ditekan sehingga motor putaran
motor dan kaleng berhenti
3.3 PROSES
PEMBUATAN KALENG
Kaleng pengemasan minuman kopi
Nescafe ini adalah jenis kaleng two pieces can dengan bahan almunium.
Almunium terbagi dalam tiga seri yaitu:
1) Seri 1000, kadar almunium min 99% ekstruksi dan foil.
1) Seri 1000, kadar almunium min 99% ekstruksi dan foil.
2) Seri 3000 Mn 0,3-1,5% tahan
korosi dapat digunakan untuk DRD dan DWI.
3) Seri 5000 Mn 0,5-5% digunakan
untuk DRD dan tutup.
Aluminium
merupakan logam yang memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih ringan daripada
baja, mudah dibentuk, tidak berasa, tidak berbau, tidak beracun, dapat menahan
masuknya gas, mempunyai konduktivitas panas yang baik dan dapat didaur ulang.
Tetapi penggunaan aluminium sebagai bahan kemasan juga mempunyai kelemahan
yaitu kekuatan (rigiditasnya) kurang baik, sukar disolder sehingga sambungannya
tidak rapat sehingga dapat menimbulkan lubang pada kemasan, harganya lebih
mahal dan mudah mengalami perkaratan sehingga harus diberi lapisan tambahan.
Reaksi aluminium dengan udara akan menghasilkan aluminium oksida yang merupakan
lapisan film yang tahan terhadap korosi dari atmosfir. Penggunaan aluminium sebagai
wadah kemasan, menyebabkan bagian sebelah dalam wadah tidak dapat kontak dengan
oksigen, dan ini menyebabkan terjadinya perkaratan di bagian sebelah dalam
kemasan. Untuk mencegah terjadinya karat, maka di bagian dalam
dari wadah aluminium ini harus diberi lapisan enamel. Secara komersial
penggunaan aluminium murni tidak menguntungkan, sehingga harus dicampur dengan
logam lainnya untuk mengurangi biaya dan memperbaiki daya tahannya terhadap
korosi. Logam-logam yang biasanya digunakan sebagai campuran pada pembuatan
wadah aluminium adalah tembaga, magnesium, mangan, khromium dan seng (pada
media alkali) (Anonim, 2010).
Kaleng dua lembar adalah kaleng yang dibuat dari bahan
baku plat timah, aluminium atau lakur (alloy). Pembuatan kaleng dua
lembar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu proses draw-and-wall-iron (DWI)
dan proses draw-and-redraw (DRD). Proses DWI menghasilkan kaleng dengan
dinding yang tipis dan digunakan untuk memproduksi kaleng aluminium untuk
minuman berkarbonasi dimana bahan pengemas mendapat tekanan setelah pengisian.
Kaleng DRD mempunyai dinding yang lebih tebal dan dapat digunakan untuk
mengemas bahan pangan yang disterilisasi dimana diperlukan adanya ruang vakum (head-space)
pada kaleng selama pendinginan (Anonim, 2010).
3.3.1 Kaleng DWI (Draw and Wall
Iron)
Urutan proses pembuatan kaleng DWI dapat dilihat pada
Gambar 1, dan
dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Bahan pembuat kaleng adalah plat timah
dan aluminium dengan ketebalan masingmasing 0.3 dan 0.42 mm.
2. Sekeliling lembaran ditekan ke dalam
berbentuk mangkuk atau lekukan untuk memperoleh lekukan yang dangkal.
3. Lekukan dilewatkan berturut-turut pada
lingkaran logam (annular rings) untuk mengurangi ketebalan dinding
lekukan sampai kira-kira 1/3 dari ketebalan awal dan tingginya tiga kali tinggi
semula. Proses ini disebut dengan Wall
Ironed.
4. Setelah bentuk dasar terbentuk, maka
kaleng dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
5. Penutupan
dengan cara double seaming setelah pengisian (Anonim, 2010).
Sistem pelapisan bagian dalam dilakukan dengan cara spray
dan oven. Jenis enamel yang digunakan tergantung dari bahan pembuat kaleng
dan produk yang akan dikemas, dan biasanya berupa epoksi fenolik, epoksiamin
dan senyawa-senyawa vinil (Anonim, 2010).
Modifikasi dari
proses DWI dapat dilakukan dengan cara :
1. Memperkecil
ukuran diameter dari leher kaleng yang dapat memperbaiki penampilan dan
kekuatan kaleng untuk ditumpuk, serta menghemat penggunaan logam.
2. Ring-pull-tabs atau full-aperture
untuk memudahkan membuka kaleng.
3. Disain cetakan
dengan menggunakan komputer dan penggunaan tinta yang tahan terhadap abrasi,
yang memungkinkan badan kaleng dicetak sebelum dibentuk. Tinta kemudian ditarik
dengan logam selama proses DWI untuk menghasilkam disain yang diinginkan pada
produk akhir (Anonim, 2010).
Gaambar 3.3 Urutan Proses Pembuatan Two
Pieces Can Tipe DWI
3.3.2
Kaleng DRD (Draw and Re-Draw)
Proses DRD pada
prinsipnya sama dengan DWI, dan perbedaannya hanya terletak pada proses ironing,
dimana pada DWI proses ironing bertujuan untuk mengurangi ketebalan
dari kaleng, sedangkan pada proses DWD tidak terdapat proses ironing sehingga
dihasilkan kaleng yang lebih tebal. Bahan pembuat kaleng DRD adalah plat timah dengan
ketebalan 0.2 mm. Tahap-tahap pembuatan kaleng DRD dapat dilihat pada Gambar 2
(Anonim, 2010).
Gambar 3.4 Urutan Proses Pembuatan Two
Pieces Can Tipe DRD
Keuntungan dari
kaleng dua lembar adalah mempunyai integritas yang besar, lapisan penutup yang
lebih seragam, menghemat penggunaan logam dan mempunyai bentuk yang lebih
menarik bagi konsumen, dibandingkan dengan sistem solder maupun penyambungan
pada kaleng lembar tiga (TPC). Hal ini disebabkan karena :
·
Lembar
ganda hanya mempunyai satu sambungan double seam sehingga mudah dibentuk
dan dikontrol, dibandingkan TPC dengan sambungan pada sisi badan dan double
seam yang kompleks.
·
Lapisan pelindung bagian dalam tidak perlu melindungi
sambungan yang mudah korosi an kontak dengan produk sebagaimana pada kaleng
TPC.
·
Tidak diperlukan adanya penyolderan sehingga bahan dapat
dihemat.
·
Menyediakan tempat yang lebih luas karena tidak terdapat
sambungan sehingga dapat dicetak (diprinting) lebih indah dan lebih lengkap
misalnya untuk pelabelan pada produk (Anonim, 2010).
3.4 PROSES
PENGALENGAN PRODUK
Secara umum proses pengalengan produk pangan terdiri dari delapan tahap,
yaitu: penanganan kaleng kosong, pembersihan kaleng kosong, persiapan produk,
pengisian, penutupan, proses pengalengan, pendinginan, penanganan dan
penyimpanan hasil pengalengan (Anonim, 2010).
Cara
penaganan pengalengan produk ini sedikit berbeda dengan tahap-tahap diatas, penanganan
produk ini dilakukan secara aseptik, yaitu produk dan kemasan kaleng terlebih
dahulu disterilkan kemudian dilakukan pengisian secara aseptik, artinya tidak
ada campur tangan manusia. Diagram alir pengalengan produk minuman kopi dalam
kaleng dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.5
Diagram Alir Pembuatan Minuman Kopi dalam Kaleng
3.4.1 Persiapan
Produk
Persiapan produk untuk menghasilkan minuman kopi terdiri dari pembuatan kopi
instan dan pembuatan minuman kopi. Pembuatan kopi instan terdiri dari roasting,
penggilingan, ekstraksi, dan pengeringan.
Roasting merupakan proses Penyangraian biji kopi yang
tergantung pada
waktu dan suhu yang ditandai dengan perubahan kimiawi yang signifikan. Terjadi kehilangan berat kering terutama gas CO2 dan produk pirolisis volatil lainnya. Kebanyakan produk pirolisis ini sangat menentukan cita rasa kopi. Kehilangan berat kering terkait erat dengan suhu penyangraian. Berdasarkan suhu penyangraian yang digunakan kopi sangrai dibedakan atas 3 golongan yaitu : ligh roast suhu yang digunakan 193 sampai 199°C, medium roast suhu yang digunakan 204°C dan dark roast suhu yang digunakan 213 sampai 221°C (Noeroel, 2008).
waktu dan suhu yang ditandai dengan perubahan kimiawi yang signifikan. Terjadi kehilangan berat kering terutama gas CO2 dan produk pirolisis volatil lainnya. Kebanyakan produk pirolisis ini sangat menentukan cita rasa kopi. Kehilangan berat kering terkait erat dengan suhu penyangraian. Berdasarkan suhu penyangraian yang digunakan kopi sangrai dibedakan atas 3 golongan yaitu : ligh roast suhu yang digunakan 193 sampai 199°C, medium roast suhu yang digunakan 204°C dan dark roast suhu yang digunakan 213 sampai 221°C (Noeroel, 2008).
Penggilingan kopi skala luas selalu menggunakan gerinda
beroda (roller), gerinda roller ganda dengan gerigi 2 sampai 4 pasang merupakan
alat yang paling banyak dipakai. Partikel kopi dihaluskan selama melewati tiap
pasang roller. Derajat penggilingan ditentukan oleh nomor seri roller yang
diguncikan. Kondisi ideal dimana ukuran partikel giling seragam adalah
mustahil, namun variasi lebih rendah jika menggunakan gerinda roller ganda.
Alternatif lain adalah penggilingan system tertutup berbasis proses satu tahap,
dimana jika ukuran partikel melebihi saringan maka partikel dikembalikan ke
pengumpan untuk digiling ulang, (Noeroel, 2008).
Proses ekstraksi untuk pembuatan kopi instan dipergunakan
percolator (penyaring kopi) dan alat sentrifuge untuk mengepres sisa ampas.
Proses ini terjadai didalam 6 percolator (penyaring kopi) menggunakan prinsip
counter curent. Tujuan pengolahan adalah untuk memperoleh ekstraksi optimum
dari padatan terlarut tanpa merusak kualitas (Noeroel, 2008).
Proses Spray drying terjadi didalam tower
silindris yang besar dengan dasar kerucut, pada bagian ini cairan kopi
dimasukkan dengan tekanan ke dalam bagian atas tower bersamaan dengan pancaran
angin udara panas sekitar 250°C. Partikelpartikel yang disemprotkan akan kering
dan jatuh serta terkumpul sebagai bubuk pada bagian ujung kerucut lalu
dipindahkan menggunakan alat katup yang berputar. Untuk meningkatkan daya larut
dalam air dan membentuk butiran biasanya ditingkatkan dengan proses aglomerasi.
Proses aglomerasi dicapai dengan membasahi partikel bubuk, membiarkannya
bergabung dan kemudian mengeringkannya kembali (Noeroel, 2008).
Selain tahap pembuatan kopi instan dalam pembuatan
minuman kopi dilakukan tahap pembuatan minuman kopi yaitu pencampuran bahan
yang terdiri dari air, gula, susu bubuk skim, lemak susu, kopi bubuk instan,
pengatur keasaman, perisa susu dan vanila, pengemulsi nabati (lesitin kedelai),
bubuk kakao, dan pemantap. Serta pemanasan atau sterilisasi.
3.4.2 Penanganan
Kaleng Kosong
Kaleng kosong disimpan dalam keadaan tertutup, ruang penyimpanan tidak lembab
dan tidak berbau, harus dihindari adanya perubahan suhu yang akan mempengaruhi
kondensasi air sehingga kaleng mudah berkarat. Kaleng kosong yang belum
digunakan harus dijaga sedemikian rupa sehingga permukaan/ bibir kaleng tidak
rusak atau penyok dan bagian sambungan tidak rusak. Penyimpanan kaleng kosong
terhindar dari garam atau air garam, karena garam menyebabkan kaleng berkarat
(Anonim, 2010).
3.4.3 Pembersihan
Kaleng Kosong
Cara
efektif untuk membersihkan kaleng kosong dengan cara memcuci kaleng pada posisi
terbalik menggunkan air panas yang disemprotkan
3.4.4 Pengisian
Pengisian kaleng harus seragam dan jumlah/ berat produk relatif sama.
Teknik pengisian yang benar harus dihindari adanya gas terutama oksigen.
Pengisian produk dalam kondisi panas (hot filling) atau dengan cara
memanaskan produk setelah pengisian sebelum dilakukan penutupan bertujuan untuk
mendaptakan kondisi hampa udara. Pengisian produk dalam kaleng tidak dilakukan
sampai penuh namun ada jarak antara permukaan produk dengan permukaan kaleng.
Jarak ini dikenal dengan head space. Tinggi head space berkisar
6-9 mm. Selain dengan cara pengisiannya, keadaan vakum dapat diperoleh dengan
cara exhausting yaitu menghilangkan udara dalam kaleng sehingga
keadaanya menjadi vacum. Exhausting dapat dilakukan denganmenggunakan
alat mechanical high vacuum seamer pada suhu kamar (Anonim, 2010).
Metode pengemasan yang digunakan dalam produk ini dengan menggunakan metode
aseptik, dimana produk dan kemasan kalengnya telah disterilkan terlebih dahulu
kemudian baru dilakukan pengemasan secara aseptik. Aseptik berarti tidak ada
campur tangan manusia. Oleh karena itu pengisian produknya dilakukan oleh mesin
secara kontinyu dan otomatis.
Gambar
3.6 Pengisian Kaleng
3.4.5 Penutupan
Kaleng
Proses penutupan kaleng dilakukan setelah proses exhausting.
Kaleng ditutup dengan rapat dan hermetis pada suhu tertentu yang relatif masih
tinggi. Proses penutupan kaleng perlu distandarisasi dan dikendalikan dengan
ketat; terutama yang berhubungan dengan bagian sambungan/penutupan. Oleh karena
itu, terhadap penutupan kaleng ini perlu dilakukan pengujian secara tertib dan
dimasukkan ke dalam prosedur Cara Pengolahan Pangan yang Baik (CPMB). Secara
periodik dilakukan pengujian dan hasilnya dicatat untuk menjamin bahwa produk
kaleng mempunyai sambungan/penutupan yang baik (Hariyadi, dkk, 2010).
Kondisi vakum dalam kaleng setelah proses penutupan
kaleng sangat pen-ting untuk:
a. Menjaga tutup kaleng pada kondisi cekung
selama proses penyimpanan normal. Dalam hal ini apabila terjadi penyimpanan
bentuk cekung dapat digunakan sebagai indikasi kebusukan, karena pembentukan
gas oleh bakteri pembusuk menyebabkan kaleng menggelebung dan ini dimulai dari
bagian tutupnya. Kecekungan yang terjada juga merupakan indikasi bahwa
sam-bungan/penutupan tetap terjada sehingga kondisi hermetis tetap diperta-hankan.
b. Mengurangi konsentrasi oksigen, sehingga
mampu mengurangi kemungkinan perubahan-perubahan karena reaksi oksidasi,
seperti oksidasi lemak, vitamin, perubahan warna dan proses pengkaratan.
c. Menghindari rusaknya sambungan/
penutupan kaleng selama proses pema-nasan, karena selama proses pemanasan
terjadi pemuaian.
d. Produk yang dikemas dengan flexible
pouch atau daging yang dikemasa dalam kaleng dengan luas permukaan besar,
kondisi vakum akan menyebab-kan kontak antara produk dengan permukaan kemasan
dan pindah panas menjadi lebih efektif (Hariyadi,
dkk, 2010).
Gambar 3.7 Mesin Double Seaming
Mesin penutup
kaleng memiliki empat bagian penting yang berhubungan langsung dengan proses penutupan.
Keempat bagian itu adalah:
·
Seaming chuck
Merupakan
bagian yang berbentuk lempeng atau piringan bulat yang ukurannya tepat seperti
tutup kaleng (memiliki ukuran yang sama seperti bagian counter sink).
Adapun fungsi seaming chuck ini adalah untuk menahan kaleng body agar tidak
meleset pada operasi penutupan oleh rol pertama dan kedua.
·
Can lifter plate
Merupakan
lempengan bulat yang menyangga kaleng dari bawah sehingga bagian atas kaleng
menempel pada seaming chuck dan tepat berada pada posisi operasi rol
pertama dan kedua.
·
First operation seaming roll
Pada alat
penutup kaleng double seamer, proses penutupan kaleng yang sebenarnya
dilakukan oleh dua pasang rol yang posisinya saling bersilangan. Rol pertama
ini ada dua (sepasang) yang posisinya adalah saling diagonal. Rol pertama
memiliki lekukan yang lebih dalam dan lebar yang berfungsi untuk membentuk
keliman awal.
·
Second operation seaming roll
Ini adalah
rol kedua yang berfungsi untuk menyempurnakan hasil dari rol pertama. Rol kedua
ini memiliki lekukan yang dangkal dan sempit sehingga menghasilkan keliman
ganda yang lebih rapat (X3-Prima, 2010).
Pada prinsipnya operasi penutupan
kaleng dilakukan sebagai berikut:
Kaleng diletakkan tepat ditengah-tengah lifter, pada saat pedal ditekan lifter akan naik sehingga kaleng melekat pada seaming chuck, yang mana pada seaming chuck telah terdapat tutup kaleng. Rol pertama mulai bekerja, sambil berputar rol pertama akan mendekati posisi tutup kaleng. Karena lekukan pada rol pertama, maka tutup kaleng akan melipat ke bawah. Keliman pertama terbentuk. Setelah rol pertama mengelilingi seluruh bagian tutup kaleng maka rol pertama akan menjauhi tutup kaleng. Setelah itu rol kedua yang berputar akan mendekati tutup yang telah dilipat oleh rol pertama tadi, karena lekukanya lebih sempit dan dangkal maka keliman yang terbentuk oleh rol kedua ini akan lebih rapat. Setelah rol kedua menyelesaikan tugasnya maka akan segera menjauhi chuck dan lifter bersama kaleng yang telah tertutup akan turun, dan selesailah operasi penutupan kaleng tersebut. Seluruh operasi penutupan kaleng memerlukan waktu sekitar 10 detik (X3-Prima, 2010).
Kaleng diletakkan tepat ditengah-tengah lifter, pada saat pedal ditekan lifter akan naik sehingga kaleng melekat pada seaming chuck, yang mana pada seaming chuck telah terdapat tutup kaleng. Rol pertama mulai bekerja, sambil berputar rol pertama akan mendekati posisi tutup kaleng. Karena lekukan pada rol pertama, maka tutup kaleng akan melipat ke bawah. Keliman pertama terbentuk. Setelah rol pertama mengelilingi seluruh bagian tutup kaleng maka rol pertama akan menjauhi tutup kaleng. Setelah itu rol kedua yang berputar akan mendekati tutup yang telah dilipat oleh rol pertama tadi, karena lekukanya lebih sempit dan dangkal maka keliman yang terbentuk oleh rol kedua ini akan lebih rapat. Setelah rol kedua menyelesaikan tugasnya maka akan segera menjauhi chuck dan lifter bersama kaleng yang telah tertutup akan turun, dan selesailah operasi penutupan kaleng tersebut. Seluruh operasi penutupan kaleng memerlukan waktu sekitar 10 detik (X3-Prima, 2010).
Double
seamer perlu
dievaluasi untuk menyakinkan bahwa penutupan yang hermetis dapat dicapai.
Adalah suatu keharusan untuk melakukan inspeksi rutin terhadap double seam untuk
menjamin produk yang dipasarkan dalam kemasan yang hermetis. Dalam hal ini
perlu dilakukan pengukuran-pengukuran antara lain:
·
Countersink
depth: jarak yang
diukur dari atas double seam ke permukaan tutup kaleng
·
Seam
thickness: jarak
maksimum yang diukur dari kedua tepi double seam
·
Seam
width (length or height):
jarak yang diukur dari atas ke bawah double seam
·
Body
hook dan cover hook:
panjang bagian akhir body flange dan cover curl
·
Overlap: panjang overlap body hook
dan cover hook
·
Tightness: ditentukan dari derajat wrinkling dari cover hook
·
Juncture
area: double seam
yang terjadi pada sambungan
Gambar 3.8 Penampang Double Seam
Karena proses pengemasan produk ini dilakukan secara aseptic, jadi proses
sterilisasi tidak dilakukan pada produk yang telah dikalengkan, melainkan
dilakukan pada kemasan dan produknya sebelum pengisian.
3.5
SPESIFIKASI
STANDART KALENG
Spesifikasi kemasan kaleng Nescafe ini dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 1.
Spesifikasi Kaleng
Spesifikasi
|
Simbol
|
Arti
|
Kadaluarsa
Ukuran
Bahan kaleng
Jenis kaleng
|
01-31
01-12
2011
200 x 504
Al
-
|
Tanggal
Bulan
Tahun
Diameter kaleng 2 inchi
Tinggi
kaleng 54/16 inchi
Alumunium
Two Pieces
can
|
3.6
KERUSAKAN PADA KALENG
Pada
umumnya kerusakan utama pada makanan kaleng ditimbulkan
oleh kurang sempurnanya proses termal dan pencemaran kembali sesudah
pengolahan. Kerusakan makanan kaleng dapat disebabkan tiga hal yaitu :
·
Keadaan
terlipatnya sambungan-sambungan kaleng
·
Kontaminasi
bakteriologisdari air pencuci atau air pendingin.
·
Peralatan
pengalengan bekerja kurang baik
Macam-macam
kerusakan yang sering dijumpai antara lain :
a.
Perubahan warna
·
Warna
produk yang dikalengkan menjadi pucat.
·
Warna
produk menjadi hitam/coklat pada permukaan makanan
·
Perubahan
warna karena adanya tembaga, besi dan timbal
b.
Kerusakan
karena Sulfida
Beberapa jenis bakteri termofil
ternyata dapat membentuk gas H2S. Kaleng tidak menjadi cembung dan tetap vakum,
ditemukan pada makanan kaleng dari jagung, kacang polong, bayam, asparagus.
c.
Flat
Sours
Flat sours disebabkan oleh bakteri
yang membentuk asam, tetapi tidak menimbulkan gas. Bakteri ini termasuk
fakultatif anaerob. Kaleng tetap datar/cekung. Jenis ini sukar diperiksa,
karena baru diketahui setelah kalengnya dibuka.
d.
Penggembungan
Kaleng
Penyebabnya adalah bakteri-bakteri
yang membentuk gas. Organisme yang tidak membentuk spora dalam bahan makanan
yang asam termasuk tipe fakultatif atau obligat aerob. Dalam makanan yang tidak
asam, swell tersebut disebabkan bakteri obligat anaerob. Penggembungan kaleng
dapat disebabkan karena timbulnya gas CO2 atau H2. Isi kaleng dapat mengalami
perubahan warna, rasa, dan terbentuk senyawa yang berbau tidak sedap. Pada
kaleng yang berisi buah-buahan, dapat terjadi penggembungan kaleng karena
adanya reaksi asam dari buah-buahan dengan senyawa logam dan menghasilkan H2.
Proses ini berjalan sangat lambat, baru terlihat setelah beberapa bulan bahkan
beberapa tahun. Kerusakan ini terutama terjadi pada makanan yang asam.
Penggembungan kaleng dapat pula terjadi karena pengisian kaleng terlalu penuh
(over filling), sehingga waktu disterilkan kaleng menjadi gembung. Meskipun
demikian makanan kaleng ini tidak rusak.
e.
Lain-lain
Hal ini disebabkan adanya kebocoran
kaleng, sehingga kaleng menjadi kurang vakum. Sayuran dapat menjadi liat atau
keras, karena air yang digunakan ialah air sadah atau banyak mengandung garam
kalsium.
Bang sekali proses seamer membutuhkan waktu berapa detik?
BalasHapus